Dua Operator Seluler Ajukan Lisensi SLI

Jakarta - Pemerintah telah menerima proposal dari dua operator seluler, Excelcomindo Pratama (XL) dan Natrindo Telepon Seluler (Axis), untuk mendapatkan lisensi sambungan langsung internasional (SLI).
"Kami telah menerima permohonan tertulis dari kedua operator ini untuk mendapatkan SLI dan akan mempelajarinya segera," ujar Sekjen Depkominfo Basuki Yusuf Iskandar, di gedung Depkominfo, Jakarta, Selasa malam (8/9/2009).
Meski demikian, pemerintah belum juga menetapkan jadwal untuk mengevaluasi permohonan lisensi untuk sambungan internasional dengan teknologi clear channel (suara bening dan real time) tersebut.
"Kami mungkin baru bisa mulai mengevaluasi paling cepat akhir tahun ini. Evaluasinya sendiri akan memakan waktu paling cepat enam bulan," sahut Kepala Pusat Informasi Depkominfo, Gatot S Dewa Broto.
Pemberian lisensi kali ini akan menggunakan metode beauty contest, bukan proses seleksi seperti pada tender sebelumnya. Basuki menilai kans XL dan Axis untuk mendapatkan lisensi baru SLI masih cukup terbuka.
"Asalkan mereka berdua bisa membangun, paling minim seperti yang kami wajibkan kepada Btel (Bakrie Telecom)," ungkapnya.
Btel merupakan pemenang lisensi SLI dalam tender yang digelar pemerintah dua tahun lalu berdasarkan Keputusan Menkominfo No. 415/2007. Kehadiran Btel sebagai pemain baru SLI sekaligus mengakhiri duopoli SLI yang selama ini dikuasai Telkom dan Indosat.
Sebagai pemilik lisensi baru, pemilik merek dagang Esia itu diharuskan membuat satu landing point di Batam, rute jaringan internasional, pembangunan jaringan Internet Exchange (IIX) melalui serat optik, serta penyediaan jaringan transmisi antar sentra gerbang internasional (SGI).
Untuk wilayah layanan pada lima tahun pertama adalah Indonesia Bagian Barat yang meliputi Jawa, Sumatera, dan Kepulauan Riau melalui SGI Jakarta dan Indonesia bagian timur melalui SGI Surabaya.
Sedangkan pada lima tahun kedua, Btel diharuskan membangun satu landing point di kota Kupang dengan rute jaringan internasional menuju Kota Darwin, Australia.
Direktur Utama Bakrie Telecom Anindya Bakrie sebelumnya mengungkapkan bahwa perusahaannya telah mengalokasikan dana belanja infrastruktur untuk mengembangkan SLI mulai 2008 hingga 2012 sebanyak US$ 25 juta.
Dana tersebut untuk menggelar lima SGI di Jakarta, Batam, Makassar, Surabaya, dan Medan. Selain itu, duit yang digelontorkan juga untuk menarik kabel serat optik ke Singapura untuk mendapatkan kapasitas bandwidth 2,5 Gbps.
Potensi pasar dari jasa SLI tahun ini diperkirakan berkisar Rp 3 triliun. Uang sebanyak itu akan berasal dari jumlah panggilan yang mencapai tiga miliar menit per tahun. Komposisi panggilan sendiri 70% ke luar negeri (outgoing) dan 30% panggilan dari luar negeri (incoming).
Telkom mengklaim menguasai 53% pangsa pasar SLI dengan total Minute of Usage (MoU) pada 2008 lalu mencapai hampir 2,5 miliar menit. Sedangkan sisa pangsa pasar diambil Indosat. Kontribusi jasa tersebut bagi pendapatan Indosat dan Telkom diperkirakan sekitar 7-9%.
Sementara Btel berharap setelah beroperasi selama lima tahun, SLI miliknya akan mampu memberi kontribusi 5-7% bagi total pendapatan perusahaan dengan menguasai pangsa pasar sekitar 20-30%.

0 komentar :

Posting Komentar

Cancel Reply

Saefudin Dinejad

Learn the technology, then the world would you hold

468x60 Ads

empty